Selasa, 17 Mei 2011

me and my best friend "dekil"

Merubah gaya hidup secara tiba-tiba dan drastis mungkin sulit bagi beberapa orang. Namun hal itu bisa dengan mudah dilakukan apabila seseorang dalam keadaan "kepepet", atau memang dengan tingkat kesadaran tinggi berniat melakukan perubahan besar dalam hidup.

Teman dan gaya hidup.*lhooh apa ada hubungannya kedua hal tersebut?. Menurut saya kedua hal itu erat kaitannya untuk orang-orang yang tidak anti sosial., yang menganggap teman adalah kebutuhan primer hidupnya bahkan kedudukannya sejajar dengan makan dan oksigen. Gejala-gelaja ini bahkan bisa kita lihat dari kita masih duduk di bangku sekolah dasar. Biasanya anak yang tidak percaya diri, akan meminta temannya untuk menemani (bahkan) ketika ia pergi ke kamar mandi. Semakin dewasa kita, akan makin terlihat gejalanya. Krtika memilih sekolah atau jurusan ketika kuliah, biasanya teman juga merupakan salah satu pertimbangan.

Alhamdulillah, saya bukanlah tipikal orang yang terjerat dengan hubungan pertemanan yang kronis seperti itu. Masa perpindahan dari sekolah dasar ke sekolah menengah pertama, saya lalui seorang diri tanpa adanya teman satu sekolah saya saat sekolah dasar yang masuk ke SMP yang sama, begitu pun saat saya masuk SMA. Ada sensasi tersendiri ketika kita mulai mengenal dan beradaptasi dengan manusia-manusia baru, mulai menghafal nama, menghafal kebiasaan mereka, dan menjadi minoritas di suatu kelompok baru.

Tahun 2002 ketika saya duduk di tahun pertama di sekolah menengah atas, secara tiba-tiba dan tanpa kabar berita, mama saya membawa pulang "dekil". Awalnya dekil menemani mama pergi ke kantor, tapi semenjak saya kuliah di tahun 2005 dekil "resmi" menjadi kawan seperjalanan saya pergi ke kampus.

Mengapa saya memberinya nama dekil, ada sejarah tersendiri. Saya termasuk orang jauh dari sebutan rajin dan bersih. Dekil jarang sekali saya mandikan. Jadilah banyak debu yang menempel di badannya. Hmmmm.....sesekali memang dekil saya mandikan sendiri atau saya bawa ke salon. Rasanya senang sekali bersama dekil berangkat ke kampus apabila dia bersih dan wangi. Tapi saya tetap sayang padanya walaupun dia berdebu. Konyolnya saya, pernah suatu kali sehabis dekil saya mandikan di salaon, langit mendung pertanda akan turun hujan, terpaksa saya pergi ke kampus menggunakan angkutan umum. Ketika salah satu teman saya bertanya "lho, mana dekil?", saya jawab:" sayang kalo keujanan ". teman saya,"kamu anak yang aneh".

Selama empat tahun kami bersana, menempuh jalur yang sama setiap hari. Dengan setia, dekil menunggui saya saaat saya ada di kelas. Kehujanan dan kepanasan

Perpisahan dengan dekil adalah suatu peristiwa yang hhhhmmm, bisa dibilang mengejutkan. Beberapa bulan setelah lulus, saya mendapat panggilan kerja di Jakarta. Sepulangnya saya dari Jakarta, pulang ke rumah dan mendapati dekil sudah tidak berada di garasi rumah. Saya bertanya kepada mama.

Saya:"ma, dekil kemana?"
Mama: "dekil mama jual mbak, garasi penuh.lagipula kamu kan mau pindah ke Jakarta."
Saya:ziiiiiiiiiiinggggg. terdiam
Mama: "dekil mama jual ke temen kantor mama. kalo kamu kangen, kamu bisa liat dekil di kantor. Sekarang dia udah ga dekil lagi.Pemilik dekil yang baru sayang sama dekil. Tiap hari dekil dicuci dan di lap."
Saya: zziiiiiiiiiiinnnngggggg. masih tetap diam

Semenjak pindah ke Jakarta dan berpisah dengan dekil, saya memutuskan merubah gaya hidup saya. Saya lebih memilih menggunakan angkutan umum kemana pun saya beraktivitas. Awal menginjakkan kaki di ibukota saya coba semua alat transportasi yang ada; busway, mayasaribhakti, kopaja,metromini,mikrolet,kowasi,bajaj,bemo,kereta listrik. Sekarang saya hafal beberapa jurusan kopaja dan metromini serta semua koridor busway dan beberapa jadwal kereta listrik.
Saya mencoba membantu Jakarta yang sudah "sesak nafas" karena polusi. Semoga saya tetap bertahan dengan "gaya hidup jalanan" dan semoga sarana angkutan umum di ibu kota semakin memadai. Saya benci orang-orang yang mengatakan "saya akan berhenti mengendarai mobil ke kantor kalau angkutan umum di jakarta sudah lebih memadai".saya katakan mereka orang-orang yang malas.