Kamis, 19 November 2015

Daur ulang baju

Lemari baju di rumah nyaris meledak saking penuhnya dan menjadi agak lega setelah beberapa baju disortir. Beberapa pakaian yang disisihkan ternyata masih ada beberapa yang bagus. Dapatlah sepotong kemeja kantor ayah yang masih oke. Hmm dibikin apa ya enaknya. Antara didaur ulang menjadi blouse saya atau baju untuk afia. Akhirnya saya putuskan membuat kemeja untuk afia. Bongkar sana, potong sini dan kemudian dijahit akhirnya jadi baju afia (masih 90% karena ujung lengan dan badan baju blm saya rapikan)

Rabu, 18 November 2015

Ayo kita naik angkot

Pagi ini habis baca liputan si salah satu konten media online tentang fasilitas transportasi publik di salah satu kota di Australia. Dikatakan dalam artikel itu, pemerintah setempat menginvestasikan milyaran uang untuk transportasi umum. Kata yang digunakan adalah "investasi" bukan subsidi atau "menggelontorkan sejumlah uang". Menarik sekali penggunaan katanya. Investasi dalam kamus besar bahasa berarti penanaman modal untuk tujuan suatu keuntungan. Berarti si pemerintah berharap suatu saat mendapat keuntungan berupa: (menurut saya) udara dengan tingkat polusi rendah, lalu lintas yang tidak terlalu padat dan penghematan sumber daya.
Setiap pagi miris hati saya ketika melongok ke mobil yang terjebak kemacetan di jalan gatot subroto (gatsu). Mobil bagus yang sayang sekali hanya diisi oleh pengemudinya saja, satu mobil satu orang. Coba deh kalo pengemudi tadi naik angkot/mikrolet, dalam satu angkot misal diisi 8 orang. Itu baru angkot yang daya angkutnya sedikit, belum bis ukuran sedang seperti kopaja atau bis yang kapasitasnya lebih besar seperti patas atau busway. Wow, kemacetan di gatsu tau tendean tiap pagi pasti langsung lenyap. 
Saya tahu, sangat tahu bahwa naik kendaraan umum di Jakarta sangatlah tidak nyaman. Panas, berdesakan, bau keringat, tawan kriminalitas, terkadang bau asap rokok dan bonus sopir yang ugal-ugalan. 
"Coba bis nya kayak di luar negeri, pasti gw tiap pagi mau lah naik bis ke kantor." 
"Kalo keretanya kayak di luar negeri, on time, gw pasti naik"
"Kalo gak berdesakan, gw mau kok naik busway"
Pernah denger keluhan-keluhan diatas?
Kenapa sih selalu bandingin keadaan di Jakarta sama di luar negeri. Luar negeri yang mana sih ini yang diperbincangkan? India,somalia,palestina,suriah?
Sebel deh, kalo ada orang yang memakai alasan " diluar negeri lebih baik" untuk tidak naik angkutan umum. 

Selasa, 03 November 2015

Resep Otak-otak

Saya dan Mister Menoadji adalah penggemar otak-otak. Khususnya saya, sering sekali kangen makan otak-otak yang dijual abang-abang di pinggir jalan. Di Jakarta penjual otak-otak (biasanya abang-abang) memakai sepeda dan mangkal di trotoar. Sayangnya saya sering ketakutan, tentang bahan yang dipakai si penjual untuk membuat otak-otak (maap ya bang tukang otak-otak saya suuzon). Tadi pagi mencoba membuat otak-otak ala abang-abang pinggir jalan.

Bahan:
Ikan tengiri 200 gram
Santan
Bawang putih 2 siung
Bawang merah 5 siung
Gula
Garam
Daun pisang
Daun bawang
Tepung sagu

Cara Membuat:
Haluskan daging ikan bersama duo bawang, masukkan santan, tepung sagu, gula dan garam.
Ambil satu sendok adonan di atas daun pisang, semat dengan lidi
Kukus otak-otak kurang lebih selama 10 menit.
Panggang otak-otak sebentar, sampai daun pisang nampak kering (saya menggunakan happy call).
Otak-otak siap di santap. Lebih enak di cocol ke sambal kacang.