Minggu, 27 September 2015

Menemukan sepotong halaman (belakang)

Dimasa sekarang ini dimana harga tanah (dan rumah) lebih tinggi dari harga diri, agak sulit menemukan rumah yang mempunyai halaman. Sulit uangnya maksud saya alias duitnya belum enggak   cukup untuk beli rumah beserta halamannnya. Yang saya bicarakan bukanlah rumah dengan halaman rumah seluas lapangan bola ya, kecil saja biar waktu bebersih enggak buat pinggang encok karena saking luasnya. 
Halaman belakang  atau samping adalah idola saya. Halaman yang dibingkai tembok yang menjulang tinggi pada sisi-sisinya. Halaman yang tertutup nah itu maksud saya,jadi orang dari luar tidak bisa melihat aktifitas yang kita lakukan di halaman belakang.

"Seandainya suatu hari nanti berhasil menemukan sepotong halaman belakang, apa yang akan kamu tempatkan di dalamnya os?"
hmmmmmm, tentu saja  akan saya letakkan sejumput kehangatan, semangkok keceriaan dan berliter-liter kebahagiaan di dalamnya.



pic from here

Kamis, 10 September 2015

(Bukan) Hanya sekedar nama

Kebiasaan yang berlaku di masyarakat kita, pada umumnya setelah menikah seorang wanita mengalami perubahan nama. Sering kali perubahannya tidak dilakukan secara resmi.Resmi maksud saya adalah dengan menempuh proses di pengadilan untuk perubahan nama. Contoh saja seorang sebelum menikah bernama Kembang Setaman. Si nona Kembang kemudian menikah dengan Tuan Kumbang Ditaman. Setelah menikah acapkali orang memanggil Nona Kembang dengan Nyonya Kumbang atau     Bu Kembang Ditaman atau Bu Kembang Kumbang. (Ini kok saya malah pusing ya baca tulisan sendiri ahahahaha). 
Setelah mereka punya anak, anaknya bernama Si Kuning, berganti lagi lah namanya menjadi Bunda/Mama Kuning. 
Inilah yang sekarang saya alami walaupun tidak seekstrim Nona Kembang ya. Sejak menikah sampai sebelum punya anak,saya tetap dipanggil sesuai nama saya. Tapi setelah punya afia, orang-orang memanggil saya Ibu/Bunda Afia. Awalnya saya agak risih dan berusaha mengkoreksi tapi lama-lama capek juga ya.
Teringat ketika saya masih kecil,nenek saya memanggil mama saya dengan "mamabowo" (nama kakak laki-laki saya). Saya pun protes berat dan bilang ke nenek kalau anak mama bukan cuma bowo saja, saya dan adik saya pun anaknya, kenapa nenek tidak memanggil mama saya dengan "mamabowo-osi-vita". Akhirnya nenek pun mengalah dan memanggil mama saya dengan cicik (nama asli mama saya). Selesailah masalah urusan nama mama saya. 
Sekarang ketika anak saya masih satu, panggilan "ibu afia" ini nampaknya masih aman, entah besok kalau afia sudah punya adik dan adiknya protes (seperti yang saya lakukan dulu).
pic from here

Doa masuk angin

Afia (af): ayah, doa masuk kamar mandi gini ni yah..... Allahummainni dst.
Afia(af): kalo doa masuk angin gimana yah???.