Malu banget waktu nulis judul diatas, karena saya tidak tinggal di tempat yang "belum bisa" disebut rumah. rumah dalam definisi otak saya adalah bangunan yang berdiri/menempel langsung diatas tanah, berhalaman dan ada tanaman atau pohon rindang di depannya. Saat ini saya dan Mister Menoadji tinggal (baca: sewa) di Apartemen "Kotak Sabun" di daerah kalibata. Walaupun tinggal di Kotak Sabun berukuran kurang lebih tiga puluh meter persegi, sudah sepantasnyalah saya mengucap "alhamdulillah".Karena walaupun sempit tapi telah melindungi kami dari hujan dan panas.
Beberapa pertimbangan kami akhirnya tinggal disini adalah (baca: agak ) dekat dengan lokasi kami bekerja, dekat dengan stasiun (kereta adalah transportasi umum andalan Mister Menoadji), angkutan umumnya mudah (terutama ke kantor saya). Kekurangannya adalah selain luasnya yang tidak seberapa adalah saya tidak bisa mencium bau hujan (kesukaan saya dari kecil adalah memandang hujan dari jendela rumah dan mencium bau ttanah setelah hujan reda). Saya tinggal di lantai 6 (yang pada kenyataannya adalah lantai 5, si pembuat gedung penganut paham anti angka 4,13 dan 14) dimana bahkan suara hujanpun kadang terdengar samar. Pernah suatu kali hujan turun cukup deras hingga air hujan seperti mengetuk kaca jendela kami, dan dengan bodohnya saya menyangka ada orang iseng mengetuk jendela saya dari luar, saat itu Mister Menoadji hanya menanggapi enteng "Siapa yang iseng manjat 6 lantai buat ngetuk jendela"........
Semenjak tinggal di tempat ini, saya belajar untuk berbicara dengan lemah lembut (hoeeek ) dan mengecilkan volume suara saya, karena suara tetesan keran tetangga yang berjarak 6 unit dari unit kami pun terdengar (lebaay).
Selain itu, di tempat ini juga tidak bisa sering-sering bereksperimen mencoba masakan ini dan itu (sungguh beruntung saya yang tidak hobby memasak, terima kasih ya Allah) jangankan memasak yang berbau menyengat, goreng telor aja baunya menyebar ke seluruh penjuru. Beberapa waktu yang lalu ketika papa mengunjungi kami, Mister Menoadji semangat ingin menghidangkan sambal terasi kesukaan papa, saat itu papa belum tiba di kediaman kami, ternyata papa nyasar dan tebak....papa berhasil menemukan yang mana unit kami dari bau terasi, kata papa bau terasin ya menyebar sampai lantai di bawah.
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus